Hidup harus direncanakan namun tidak harus dijadwalkan. Ada prinsip berbeda
yang mendasar di antara 2 kata kerja ini. Merencanakan berarti menjadwalkan
sedagkan menjadwalkan berarti patokan-suatu keharusan. Banyak dari kita yang merasa kecewa kita jadwalkan
tidak berjalan seperti apa yang kita harapkan sehingga kita merasa tidak punya
kendali atas hidup kita. Pada akhirnya kita aka merasakan perasaan tertekan dan
strees. Karena terbiasa menjadwalkan hidup, sebagian dari kita mulai panik
tatkala pada saat usia kita sekarang belum merasa melakukan atau mencapai apa
yang kita harapkan. Kemudian kita aka membandingkan dengan mereka yang usianya
lebih muda namun lebih sukses. Kita hidup dalam masyarakat yang menetapkan usia
30 tahun harus sudah menikah, lalu usia 40 tahun harus sudah punya anak dan
masih banyak lagi. Bahkan di amerika serikat ada istilah failure to launch
artinya jika seseorang yang sudah menikah harus meninggalka rumah dan hidup
mandiri. Sebegitu pentingkah target atau
jadwal tersebut sehingga kita melupakan bahwa setiap kehidupan manusia itu unik
da berbeda ? Bahkan ada yang mengatakan usia 40 tahun harus sudah menjadi
milyuner atau pensiun dini dan bebas secara finansial. Katakanlah jika target
tersebut sudah tercapai apakah itu menjamin kita akan bisa hidup tanpa beban
dan tidak mengejar materiil yag lebih besar lagi ?? Janga naif sifat dasar
manusia adalah serakah mereka selalu tidak pernah merasa puas terhadap apa yang
mereka miliki dan menginginka apa yang tidak mereka miliki. Tetapi yang
terpenting dalam hidup adalah kemampuan kita dalam merasakan syukur dan selalu
dapat membaca situasi dan kondisi dan dapat menikmati apapun yang terjadi pada
hidup kita sebagai perjalanan panjang kehidupan.